Kabar mengejutkan datang dari Aljazair. Christophe Gleizes, seorang jurnalis olahraga independen asal Prancis, dijatuhi hukuman tujuh tahun penjara oleh pengadilan Tizi Ouzou pada Minggu (29/06/2025). Ia dinyatakan bersalah atas tuduhan dukungan terhadap terorisme dan kepemilikan publikasi yang bertujuan untuk propaganda yang merugikan kepentingan nasional.
Kasus ini mencuat di tengah ketegangan hubungan antara Aljazair dan Prancis, serta menjelang putusan pengadilan terhadap penulis Boualem Sansal yang dituntut 10 tahun penjara.
Menurut laporan, kasus Christophe Gleizes bermula dari proyek reportase yang ia kerjakan sejak tahun 2015 mengenai sepak bola di wilayah Kabylie. Dalam proyeknya, Gleizes fokus pada klub lokal, Jeunesse Sportive de Kabylie. Ia kemudian melakukan kontak dengan pemimpin klub, yang ternyata juga merupakan kepala gerakan otonomi Kabylie.
Masalah muncul ketika gerakan tersebut diklasifikasikan sebagai organisasi teroris beberapa tahun kemudian, tepatnya pada tahun 2021. Meskipun demikian, Gleizes tetap melanjutkan reportasenya dan mengunjungi Aljazair tahun lalu. Di sanalah ia ditangkap dan ditempatkan di bawah pengawasan yudisial selama 13 bulan sebelum akhirnya divonis.
Baca juga: Michele Kang Resmi Ambil Alih Kepemimpinan Olympique Lyonnais Usai John Textor Mundur
Hukuman yang dijatuhkan kepada Gleizes ini sontak memunculkan pertanyaan serius mengenai kebebasan pers di Aljazair. Bagi sebagian pihak, keputusan ini juga diinterpretasikan sebagai bentuk “balas dendam” terhadap Prancis, terutama setelah kasus Boualem Sansal.
Menanggapi situasi ini, pihak Kementerian Luar Negeri Prancis (Quai d’Orsay) menyatakan bahwa semua layanan telah dimobilisasi untuk menangani kasus ini. Sementara itu, kerabat dan kolega jurnalis tersebut menyerukan pembebasan segera dan tanpa syarat bagi Christophe Gleizes.
Bagaimana kelanjutan kasus ini dan dampaknya terhadap hubungan bilateral kedua negara? Kita akan terus mengikuti perkembangannya.