Tanggal 30 Juni 2025 menjadi akhir resmi petualangan John Textor di Olympique Lyonnais. Tiga tahun setelah mengambil alih klub dari Jean-Michel Aulas, pengusaha asal Amerika Serikat itu mundur, meninggalkan warisan yang lebih banyak dikenang karena kegagalan, konflik internal, dan kekacauan finansial.
Dibuka dengan ambisi besar untuk membawa OL kembali berjaya, masa kepemimpinan Textor justru diwarnai oleh perang terbuka dengan Aulas, tuduhan manipulasi finansial, dan drama publik bersama Presiden PSG, Nasser Al-Khelaïfi. Salah satu momen paling ikonik adalah ketika Textor tampil di stadion mengenakan topi koboi saat melawan PSG — simbol eksentrik dari kepemimpinannya.
Baca juga: Michele Kang Resmi Ambil Alih Kepemimpinan Olympique Lyonnais Usai John Textor Mundur
Namun, di balik gestur flamboyan itu, Lyon jatuh ke dalam krisis. Utang membengkak dari €330 juta menjadi €540 juta, hingga akhirnya DNCG (otoritas keuangan sepak bola Prancis) menjatuhkan sanksi relagasi administratif ke Ligue 2. Terlepas dari suntikan dana pribadi dan upaya menjual saham di Crystal Palace, Textor gagal menyelamatkan klub.
Tak hanya itu, model multi-klub yang diterapkan melalui Eagle Football memicu kritik tajam. Transfer-transfer yang dinilai “aneh” dan perputaran pemain antar klub miliknya (seperti Botafogo dan Molenbeek) menimbulkan kecurigaan akan praktik keuangan yang tidak transparan.
Dari lima pelatih dalam tiga musim hingga pemecatan mengejutkan Pierre Sage—yang justru mengantar OL ke final Coupe de France—kepemimpinan Textor kerap dianggap impulsif dan tidak punya arah jelas. Bahkan ketika klub Brasil miliknya, Botafogo, menorehkan prestasi besar, Textor tetap memecat pelatihnya hanya beberapa hari setelah memeluknya penuh emosi.
Kini, tongkat estafet Lyon berpindah ke Michele Kang. Tapi luka yang ditinggalkan Textor akan sulit sembuh dalam waktu dekat. Seorang pengusaha yang datang dengan mimpi besar, tapi akhirnya pergi meninggalkan reruntuhan di salah satu klub paling legendaris Prancis.
